Memaparkan catatan dengan label KEGUNAAN TANAMAN SENGON. Papar semua catatan
Memaparkan catatan dengan label KEGUNAAN TANAMAN SENGON. Papar semua catatan

Jumaat, 13 April 2012

KEGUNAAN TANAMAN SENGON

| Jumaat, 13 April 2012 | 17 ulasan


  


 Kegunaan dan Manfaat Kayu Sengon


Pohon sengon merupakan pohon yang serba guna. Dari mulai daun hingga perakarannya dapat dimanfaatkan untuk beragam keperluan.


Daun

Daun Sengon, sebagaimana famili Mimosaceae lainnya merupakan pakan ternak yang sangat baik dan mengandung protein tinggi. Jenis ternak seperti sapi, kerbau, dfan kambingmenyukai daun sengon tersebut.Daun sengon tersusun majemuk menyirip ganda
panjang dapat mencapai 40 cm, terdiri dari 8 – 15 pasang anak tangkai daun yang
berisi 15 – 25 helai daun, dengan anak daunnya kecil-kecil dan mudah rontok.
Warna daun sengon hijau pupus, berfungsi untuk memasak makanan dan sekaligus
sebagai penyerap nitrogen dan karbon dioksida dari udara bebas.

Perakaran


Sistem perakaran sengon banyak mengandung nodul akar sebagai hasil simbiosis dengan bakteri Rhizobium. Hal ini menguntungkan bagi akar dan sekitarnya. Keberadaan nodul akar dapat membantu porositas tanah dan openyediaan unsur nitrogen dalam tanah. Dengan demikian pohon sengon dapat membuat tanah disekitarnya menjadi lebih subur. Selanjutnya tanah ini dapat ditanami dengan tanaman palawija sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani penggarapnya.Sengon memiliki akar tunggang yang cukup kuat
menembus kedalam tanah, akar rambutnya tidak terlalu besar, tidak rimbun dan
tidak menonjol kepermukaan tanah.
Akar rambutnya berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen, oleh karena itu tanah
disekitar pohon sengon menjadi subur.

Bunga

Bunga tanaman sengon tersusun dalam bentuk malai
berukuran sekitar 0,5 – 1 cm, berwarna putih kekuning-kuningan dan sedikit
berbulu. Setiap kuntum bunga mekar terdiri dari bunga jantan dan bunga betina,
dengan cara penyerbukan yang dibantu
oleh angin atau serangga.

Buah

Buah sengon berbentuk polong, pipih, tipis, tidak
bersekat-sekat dan panjangnya sekitar 6 – 12 cm. Setiap polong buah berisi 15 –
30 biji. Bentuk biji mirip perisai kecil, waktu muda berwarna hijau dan jika
sudah tua biji akan berubah kuning sampai berwarna coklat kehitaman,agak keras,
dan berlilin

Benih

Pipih, lonjong, 3 – 4 x 6 – 7 mm, warna hijau,
bagian tengah coklat. Jumlah benih 40.000 butir/kg. Daya berkecambah rata-rata
80%. Berat 1.000 butir 16 – 26 gram.

Kayu

sengon kualitas baik
pohon yang besar
sengon dengan perawatan yang cukup baik
Bagian yang memberikan manfaat yang paling besar dari pohon sengon adalah batang kayunya. Dengan harga yang cukup menggiurkan saat ini sengon banyak diusahakan untuk berbagai keperluan dalam bentuk kayu olahan berupa papan papan dengan ukuran tertentu sebagai bahan baku pembuat peti, papan penyekat, pengecoran semen dalam kontruksi, industri korek api, pensil, papan partikel, bahan baku industri pulp kertas dll. Merupakan kayu serba guna untuk konstruksi ringan, kerajinan tangan, kotak cerutu, veneer, kayu lapis, korek api, alat musik, pulp. Daun sebagai pakan ayam dan kambing. Di Ambon kulit batang digunakan untuk penyamak jaring, kadang-kadang sebagai pengganti sabun. Ditanam sebagai pohon pelindung, tanaman hias, reboisasi dan penghijauan.

Anatomi 

Nama botanis: (Paraserianthes)

falcataria (L) Nielsen), syn. Albizia falcata Backer,
famili Mimosaceae. Nama daerah :Albizia, bae, bai, jeungjing, jeungjing laut,
jing laut, rare, salawaku, salawaku merah, salawaku putih, salawoku, sekat,
sengon laut, sengon sabrang, sika, sika bot, sikas, tawa sela, wai, wahagom,
wiekkie.Nama lain : Batai (Malaysia Barat, Sabah, Philipina, Inggris, Amerika
Serikat, Perancis, Spanyol, Italia, Belanda, Jerman); kayu machis (Sarawak);
puah (Brunei). Penyebaran : Seluruh Jawa, Maluku, Irian Jaya.
Ciri umum : Kayu teras berwarna hampir putih atau coklat
muda pucat (seperti daging) warna kayu gubal umumnya tidak berbeda dengan kayu
teras. Teksturnya agak kasar dan merata dengan arah serat lurus, bergelombang
lebar atau berpadu. Permukaan kayu agak licin atau licin dan agak mengkilap.
Kayu yang masih segar berbau petai, tetapi bau tersebut lambat laun hilang jika
kayunya menjadi kering. Sifat kayu : Kayu sengon termasuk kelas awet IV/V dan
kelas IV-V dengan berat jenis 0,33 (0,24-0,49). Kayunya lunak dan mempunyai
nilai penyusutan dalam arah radial dan tangensial berturut-turut 2,5 persen dan
5,2 persen (basah sampai kering tanur). Kayunya mudah digergaji, tetapi tidak
semudah kayu meranti merah dan dapat dikeringkan dengan cepat tanpa cacat yang
berarti. Cacat pengeringan yang lazim adalah kayunya melengkung atau memilin.
(Martawijaya dan Kartasujana, 1977).



Studi Perbandingan Metode Sampling Bor Riap dengan Disk untukPengukuran Proporsi dan
Dimensi Serat Kayu Sengon Salomon(Paraserianthes falcataria, (L.)
Nielsen)
Penggunaan metoda bor riap dan metoda disk
tidakmemberikan perbedaan yang nyata untuk pengukuran dimensi serat. Demikian juga terhadap proporsi sel juga tidak memberikan perbedaan
yang nyata sebagai akibat perbedaan
penggunaan kedua metoda tersebut. Letak
kedudukan kayu pada arah radial tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap
hasil pengukuran proporsi tipe sel. Untuk dimensi serat terdapat variasi sebagai berikut Panjang serat berbeda nyata pada arah
radial, dimana panjang serat untuk bagian dekat kulit lebih panjang dibanding
bagian dekat hati, demikian juga untuk tebal dinding sel kayu. Diameter serat dan diameter lumen tidak berbeda
nyata pada arah radial kayu (Praptoyo,2005)


Akibat Penggundulan Hutan Kita Secara Liar 

Sungguh kasihan tanah kita yang selalu teraniaya


Dampak Utama dari Pengundulan Hutan adalah Longsor, Banjir dan Kekeringan. Tanah longsor sering terjadi di Indonesia, diakibatkan penggundulan hutan bertahun-tahun. Pegiat lingkungan hidup memperingatkan tanah longsor disebabkan penebangan hutan secara eksesif dan gagalnya penanaman kembali hutan.

Terjadinya bencana tanah longsor dan banjir di Wilayah Kabupaten Cianjur menunjukkan peristiwa yang berkaitan dengan masalah tanah. Hujan dan Banjir telah menyebabkan pengikisan lapisan tanah oleh aliran air yang disebut erosi yang berdampak pada hilangnya kesuburan tanah serta terkikisnya lapisan tanah dari permukaan bumi.  Banjir akan bisa menjadi lebih besar jika penyimpan air (water saving) tidak bisa menahan air limpasan. Hal ini bisa terjadi ketika hutan yang berfungsi sebafai daya simpan air tidak mampu lagi menjalankan fungsinya. Hutan dapat mengatur fluktuasi aliran sungai karena peranannya dalam mengatur limpasan dan infiltrasi. Kejadian banjir ini akan menjadi kejadian tahunan daerah hilir yang rawan bencana apabila pengelolaan bagian hulu tidak diperbaiki dengan segera, baik melalui reboisasi/penghijauan dan upaya konservasi tanah.

Bencana Tanah longsor 
 terjadi disebabkan tak ada lagi unsur yang menahan lapisan tanah pada tempatnya sehingga menimbulkan kerusakan. Apalagi untuk wilayah Cianjur Selatan merupakan daerah perbukitan dan bertebing. Daerah Cianjur Selatan ini termasuk dalam kategori daerah Rawan Longsor. Jika Jika Penggundulan Hutan dibiarkan terus berlangsung, Longsor dan banjir Akan datang silih berganti, bukan mustahil akhirnya lingkungan berubah menjadi padang tandus, pada akhirnya kekeringan tak dapat di elakan. Kekeringan akan terjadi sebab  pasokan air hujan ke dalam tanah (water saving) rendah dan cadangan air di musim kemarau berkurang ini yang  menyebabkan terjadi kekeringan berkepanjangan dan hilangnya mata air.
Upaya pelestarian Lingkungan dapat dilakukan dengan cara menggalakkan kegiatan menanam pohon atau penghijauan kembali (reboisasi) terhadap tanah yang semula gundul. Untuk daerah perbukitan atau pegunungan yang posisi tanahnya miring perlu dibangun terasering atau sengkedan, sehingga mampu menghambat laju aliran air hujan.
 Pelestarian hutan Perlu dan Harus  secapatnya dilaksanakan. Eksploitasi hutan yang terus menerus berlangsung sejak dahulu hingga kini tanpa diimbangi dengan penanaman kembali, menyebabkan kawasan hutan menjadi rusak. Pembalakan liar yang dilakukan manusia merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kerusakan hutan. Padahal hutan merupakan penopang kelestarian kehidupan di bumi, sebab hutan bukan hanya menyediakan bahan pangan maupun bahan produksi, melainkan juga penghasil oksigen, penahan lapisan tanah, dan menyimpan cadangan air.
Alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian semakin merebak karena untuk usaha pertanian bergeser dari lahan subur yang terus berkurang ke lahan marginal yang kurang subur (hutan), demikian pula penebangan hutan tak terkendali untuk memenuhi kebutuhan kayu baik untuk bahan bagunan, bahan perkakas rumah tangga, maupun untuk bahan bakar. Kita bisa menghitung berapa volume kayu untuk semua kebutuhan tadi, dan berapa dari luar Jawa yang masuk, dan berapa yang dihasilkan oleh Perhutani, maka akan tidak seimbang, sehingga kekurangan itu berasal dari hutan di sekitar kita sendiri, yang seharusnya kita lestarikan dan kita jaga bersama.

Upaya yang perlu dilakukan untuk melestarikan hutan:

  1. Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul.
  2. Melarang pembabatan hutan secara sewenang-wenang.
  3. Menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang pohon.
  4. Menerapkan sistem tebang–tanam dalam kegiatan penebangan hutan.
  5. Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan mengenai pengelolaan hutan. Oleh sebab itu, kepada semua pihak yang bertanggung jawab terhadap kelestarian hutan lindung, baik Perum Perhutani, Dinas Kehutanan, maupun Pemda setempat  Harus lebih aktif  dalam proses pelestarian alam. Pemahaman masyarakat mengenai dampak dari penebangan hutan sangatlah kurang. Sosialisasi mengenai lingkungan hidup perlu dan harus dilakukan. Masyarakat tidak sepenuhnya memahami akibat yang akan terjadi nantinya. Upaya penanganan dan pencegahan harus segera dilakukan, mulai dari reboisasi, rehabilitasi lahan kritis, pengelolaan hutan, serta menindak tegas para pelaku penebangan liar.


DAFTAR PTSTAKA

Martawijaya. A, I. Kartasujana. 1977.
Ciri Umum, Sifat dan Kegunaan Jenis-Jenis Kayu Indonesia. Publikasi Khusus No.
41. LPHH, Bogor.
Praptoyo,H.,2005. Studi
Perbandingan Metode Sampling Bor Riap dengan Disk untuk Pengukuran Proporsi dan
Dimensi Serat Kayu Sengon Salomon (Paraserianthes falcataria, (L.)
Nielsen) J. Ilmu & Teknologi Kayu Tropis Vol.3 • No. 2 • 2005








Readmore..
 
© Copyright 2010. pemberdayaan-sengon.blogspot.com. All rights reserved | pemberdayaan-sengon.blogspot.com is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com - zoomtemplate.com